nusampang.com – Pengurus Ranting NU desa Batuporo Timur, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang melaksanakan Lailatul Ijtima, Sabtu (7/3/2020) malam. Bertempat di rumah kepala desa Batoporo Timur, Muaffan, acara perdana ini dihadiri oleh ketua PCNU Sampang, KH Mohammad Itqon Bushiri.
Dalam kesempatan itu pula, dilakukan pengukuhan pengurus ranting NU dan Gerakan Pemuda Ansor desa Batuporo Timur. Pengukuhan dipimpin oleh Ketua MWC NU Kedungdung Kyai Mukhlas Fadil dan Ketua PAC GP Ansor Kedungdung Abd Qohhar.
Kyai Lukman Hakim Zuhdi, Ketua Tanfidziah ranting NU Batuporo Timur terpilih, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada ketua PCNU Sampang serta pengurus MWC NU Kedungdung yang telah berkenan hadir dalam acara tersebut.
“Mudah-mudahan perkumpulan kita mendapat Rahmat Allah, sehingga bertambah kecintaan kita terhadap NU,” ucap Kyai Lukman.
Sebagai Ketua Tanfidziyah terpilih dirinya juga berharap Ranting Batuporo Timur bisa berjalan sesuai harapan, yakni memperkuat ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah an-Nahdliyah.
“Kami berharap pengurus Ranting NU dan Ranting GP Ansor yang telah dikukuhkan tidak hanya formalitas, tapi bisa menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh sesuai kapasitas masing masing,” tegasnya.
Sementara itu, KH. Mohammad Itqon Bushiri, Ketua Tanfidziyah PCNU Sampang memaparkan, bahwa metode dakwah Rasulullah, yang diikuti oleh Ulama NU meliputi tiga hal, yaitu lestari, rehabilitasi dan amputasi.
“Tidak semua tradisi yang tidak ada dalam Islam itu harus dihilangkan, tetapi ada yang tetap dilestarikan, seperti syair. Ada yang diganti, seperti kebiasaan orang membunuh anak laki-laki dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Dan ada yang dihilangkan, seperti patung-patung yang berada di sekeliling Ka’bah,” jelas Kyai Itqon.
Salah satu Kyai pimpinan PP. Assirojiyyah, Kajuk Sampang itu menghimbau segenap hadirin agar selalu mengikuti Ulama NU. Karena itu dirinya menghimbau bagi segenap orang tua, agar memasukkan putra putrinya ke lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama.
“Kalau kita memasukkan anak-anak kita ke pendidikan yang bukan NU, maka metode dakwah mereka tidak akan sesuai dengan Ulama NU yang santun dan selalu menjaga ukhuwah, baik ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah,” jelasnya.
Kyai Itqon juga menambahkan, bahwa bendera merah putih dan kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian, tetapi hasil dari perjuangan dan peperangan para ulama dan para leluhur.
“Ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya merupakan bentuk penghormatan kepada para ulama dan pahlawan,” pungkasnya. (Abr/AW)