nusampang.com – Kinaah (55) duduk di rumahnya di Dusun Lambenah, Desa Pangarengan, Kecamatan Pangarengan, Kabupaten Sampang, saat Satgas NU Peduli Covid-19 PCNU Sampang datang memberikan bantuan sembako, Minggu (14/6/2020).
Puluhan tahun wanita renta ini hidup dalam rumah berkonstruksi gedek. Rumahnya terlihat bocor dengan masih beralas lantai tanah.
Melangkah di lantai tanah rumahnya harus ekstra hati-hati. Hujan yang turun saat pagi menyebabkan lantai basah dan licin.
Hari itu, tangannya meraba-raba mencari pegangan. Matanya buta sejak umur 12 tahun. Kinaah tak bisa melihat sama sekali.
Di rumah itu pula dia sendiri menatap hari tua. Masalah lainnya, Kinaah tak pernah berkeluarga hingga saat ini sehingga tak ada suami dan anak yang bisa membantunya berjalan. Apalagi untuk menopang hidup dan memgusir kesepiannya.
“Saya tidak pernah berkeluarga, mungkin karena saya buta sejak kecil tidak ada yang mau,” katanya
Aktivitas sehari-hari hanya di sekitar rumah. Di rumah itu, Kinaah menunggui saudaranya yang berjualan rujak.
“Jadi saudara saya ini yang selama bantu beri makan, meskipun hasil jualan rujaknya sebulan tidak sampai 150 ribu,” katanya.
Bahkan, Kinaah mengaku sempat mengalami tak makan selama satu hari lantaran tak memiliki apapun untuk disantap.
Lalu bagaimana bantuan pemerintah? Dikatakan oleh Kinaah bahwa dirinya tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti BLT atau PKH walau kondisinya memprihatinkan.
“Tidak pernah ada bantuan buat saya. Saya tak bisa melihat dan sudah tua. Tak paham urusan bantuan itu,” katanya.
Di hari tuanya, Kinaah hanya menyerahkan nasib sepenuhnya pada Sang Pencipta. Saban hari, dia berdoa dan beribadah meminta keberkahan umur dari Tuhan. Sembari menunggu pemerintah peka akan nasib kaum duafa.
(Dani)