* Faisol Ramdhani
Bagi saya dan sahabat sahabat Lakpesdam NU Sampang, KH. Lutfillah Ridwan tidak saja sebagai Wakil Syuriyah PCNU Sampang. Namun lebih dari itu, Kyai Lutfi, biasa kami memanggilnya, merupakan salah satu kyai yang kerap menemani kami dalam pendampingan penyelesaian konflik sosial di Sampang selama 7 (tujuh) tahun.
Kyai Lutfi satu dari sedikit kyai yang terus memberikan inspirasi dan motivasi agar perdamaian kembali tercipta di desa Karanggayam kecamatan Omben dan Bluuran kecamatan Karang Penang. Kontribusi besarnya sungguh sangat tak terhitung. Beliau tak kenal lelah untuk urusan konflik sosial ini.
Awal mengenal Kyai Lutfi di penghujung tahun 2014, saat itu kami menginisiasi sebuah kegiatan yang bisa mempertemukan warga yang pernah berkonflik. Sekaligus mencoba menghilangkan trauma pada peristiwa yang pernah terjadi.
Di saat musyawarah dengan warga, sebagian besar tokoh mengusulkan Kyai Lutfi sebagai penceramah. Alasannya, selain beliau dikenal sangat dihormati oleh mayoritas warga, ceramahnya dikenal lembut dan menyejukkan.
Singkat cerita, jadilah kegiatan itu yang dikemas dalam acara peringatan Maulid Nabi. Lapangan samping SDN 2 Karang Gayam sengaja kami pilih sebagai tempat pelaksanaan acara. Sebab, tanah lapangan adalah saksi bisu bahwa di sana pernah terjadi tragedi berdarah. Pikir kami saat itu, hitung-hitung sekaligus melakukan ruwatan bumi. Membuang energi negatif dan trauma warga.
Sungguh di luar dugaan, ribuan warga dari yang muda hingga yang tua memadati lapangan samping SDN tersebut. Mereka berbaur satu sama lain setelah setelah sekian lama bersitegang dan jarang bertegur sapa. Sementara, para perempuannya terlihat asyik di dapur bekerjasama menyiapkan aneka kue dan hidangan. Semuanya bersatu menampakkan wajah ceria, seakan-akan tidak pernah terjadi perseteruan dan konflik sosial.
Hingga tiba giliran Kyai Lutfi memberikan ceramah agama. Suasana hening, warga terlihat khusuk mendengar setiap kata yang dilontarkan.
“Islam se ebhektah kanjeng Nabi Muhammad SAW kakdintoh, Islam se abhektah rahmat ka sedhejenah manossah, Agemah se ngajherih parlonah saleng ngormadhin, cinta damai, sareng ajheren penuh kasih sayang,” kata Kyai Lutfi saat itu, kepada ribuan warga yang hadir dengan menggunakan bahasa Madura.
“Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah Islam yang memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia. Agama yang mengajarkan saling menghormati satu sama lain, cinta damai dan penuh kasih sayang”. Begitulah kira-kira kutipan ceramah Kyai Lutfi jika ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. Kutipan ceramahnya masih kami ingat sampai hari ini.
Bahkan rekaman video ceramah beliau, kami kirim ke pengurus Lakpesdam PBNU saat itu. Pujian bercampur terkejut menjadi respon yang kami terima. Sampai-sampai saya digoda oleh salah satu pengurus Lakpesdam PBNU. Ia mengirim pesan via WhatsApp, “Sal, ternyata masih ada ya Kyai di Sampang yang dakwahnya lembut, sejuk dan mengena banget gitu”.
Membaca pesan itu, saya hanya bisa tersenyum kecil. Tapi yang pasti, bagi saya dan sahabat-sahabat Lakpesdam NU Sampang, acara tersebut dan ceramah Kyai Lutfi menjadi momentum awal terciptanya progresifitas penanganan konflik.
Hal ini terbukti, di tahun-tahun berikutnya, capaian-capaian program pendampingan semakin signifikan menunjukkan kabar baik dan penuh harapan. Mulai dari penerimaan warga, pemenuhan layanan publik dan lainnya. Termasuk diantaranya soal penerimaan jenazah warga penyintas yang ada di Sidoarjo.
Di ndalem Kyai Lutfi lah, di tahun 2020, musyawarah kyai dan tokoh berhasil diwujudkan. Kemudian menyepakati bahwa penolakan jenazah itu dilarang oleh agama. Hasilnya bisa dilihat sekarang, dimana sudah tidak terjadi lagi penolakan-penolakan warga pada warga penyintas yang hendak dimakamkan di kampung halamannya. Setelah di tahun-tahun sebelumnya nyaris selalu ditentang dan mendapatkan penolakan warga.
Dan, itu semua tidak bisa dilepaskan dari kontribusi Kyai Lutfi. Beliau dengan caranya berhasil meyakinkan warga untuk menerima jenazah yang hendak dimakamkan.
Sehingga sangatlah layak, beberapa waktu lalu, Bupati Sampang memberikan anugerah atau perhargaan sebagai Tokoh Perdamaian Konflik Sosial di Sampang kepada Kyai Lutfi.
Sebab, kelembutan dan dedikasinya yang tinggi dalam menyelesaikan konflik sosial di Sampang sangat tak ternilai.
Terakhir bertemu Kyai Lutfi, pada Tanggal 31 Juli 2021 lalu, di Pesantren Darul Ulum Gersempal Omben. Saat itu beliau dikabarkan sedang dalam kondisi sakit. Sehingga kemungkinan tidak bisa hadir.
Namun ketika hari sudah semakin sore, Kyai Lutfi dengan berjalan penuh ketenangan datang ke pesantren. Memang tampak beliau sedang sakit, dari wajahnya yang agak memucat. Tapi Kyai Lutfi datang dengan tersenyum untuk membimbing 9 (sembilan) pemuda syiah yang hendak berikrar kembali ke Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Siapa yang tidak terkejut, setelah sepuluh hari kemudian, bertepatan dengan transisi pergantian tahun baru Islam, terdengar kabar Kyai Lutfi telah berpulang ke Rahmatullah.
Rupanya Kyai Lutfi memaksakan diri untuk datang di acara ikrar itu untuk berpamitan. Sembari menitipkan pesan dan harapan, bahwa perjuangan ini tinggal selangkah lagi.
Selamat Jalan Kyai. Air mata kami adalah doa untukmu di Surga!