nusampang.com – Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Pulau Mandangin menggelar Lailatul Ijtima’, sekaligus Istighosah dalam rangka menyongsong satu abad NU. Kegiatan bertempat di Musholla Tanbihul Ghafilin, Dusun Barat, Desa Pulau Mandangin, Sampang, Jumat (27/01/2023) kemarin.
Kegiatan rutin tiga bulanan ini turut mengundang Ketua Aswaja NU Sampang, KH. Samsyuddin A. Muin Lc, sekaligus Wakil Katib PWNU Jatim, Wakil Ketua Aswaja Center PWNU Jatim, KH. Fariz Khoirul Anam Lc, MHi, serta dihadiri seluruh Ranting NU, Badan Otonomi NU hingga Lembaga NU se Pulau Mandangin.
Ketua Aswaja NU Sampang, KH. Samsyuddin A. Muin Lc, KH. Syamsuddin mengatakan, pada bulan Rajab ini terdapat banyak keistimewaan, diantaranya disunnahkan untuk berpuasa serta terjadinya dinamika sejarah lahirnya NU.
“Bulan Rajab ini penuh dengan keutamaan, selain banyak amalan sunnah yang perlu kita lakukan, juga merupakan bulan sejarah bagi NU,” ucapnya.
Oleh sebab itu, pihaknya menganjurkan agar warga NU untuk menapaktilasi tempat-tempat bersejarah NU, selain untuk mempelajari sejarah NU juga ngalap berkah para Muassis NU.
Dalam kesempatan itu, KH. Samsyuddin juga menceritakan tentang sosok KH. Ridwan Abdullah, sosok kiyai yang diberikan tugas oleh Haudratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari untuk membuat lambang NU.
Sedikit diceritakan, sejak itu Kiai Ridwan Abdullah sempat mengalami kebingungan untuk membuat lambang NU. Namun, setelah melakukan sholat istikharoh, atas restu Allah, memberikan petunjuk kepada Kiai Ridwan sehingga mampu menyelesaikan membuat lambang NU.
“Perjuangannya butuh proses yang serius dan ketekunan, hasilnya hingga saat ini NU tetap berdiri tegak di tengah-tengah peradaban umat, ” terangnya.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Aswaja Center PWNU Jatim, KH. Fariz Khoirul Anam Lc, MHi, mengaskan pada bulan Rajab ini dua hal yang perlu diketahui ummat, yakni fadilah bulan Rajab dan arti peradaban NU.
Menurutnya, bulan Rajab mengandung banyak fadilah, salah satunya berpuasa baik satu hari, delapan hari, maupun sepuluh hari. Sebab itu, barang siapa yang melakukannya, maka Allah akan membalasnya dengan surga.
KH. Faris juga menjelaskan, bagaimana pentingnya adab serta etika bagi warga NU. Pasalnya, adab merupakan salah satu bentuk perilaku yang tercermin dalam setiap umat manusia.
Dia mencontohkan, betapa mulianya adab Imam Ahmad Bin Hambal, ketika selesai menjadi imam saat menunaikan sholat di Masjid Nabawi, tidak mau membelakangi makam Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Imam Ahmad Bin Hambal tetap menghadap kiblat sebagai bentuk takdzim kepada Nabi Muhammad SAW.
“Di bulan Rajab ini mari kita refleksi diri, baik dari sikap dan ucapan harus berpegang teguh pada etika, apalagi menjelang satu abad NU, kita harus meneladani para pendahulu agar selamat dunia akhirat,” harapnya. (Rosi Syarif)