[ad_1]
Pelarangan penggunaan
kantong plastik dalam penyelenggaraan kurbanbentuk kepedulian umat kepada
lingkungan. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PBNU mengimbau
para penyelenggara pemotongan dan penyaluran hewan kurban agar idul adha yakni
dengan tidak memakai plastik.
“Kami Imbau para penyelenggara kurban untuk tidak perlu lagi mempergunakan
kantong plastik atau kresek sebagai wadah daging, tapi menggunakan
kemasan-kemasan yang ramah lingkungan. Jadikan idul adha sebagai satu momen
kebangkitan untuk peduli lingkungan,” kata Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI
PBNU Fitri Aryani di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (22/7), menjelang Idul
Adha.
Baca juga : PBNU Imbau Penyelenggara Kurban Tidak Pakai Plastik untuk Distribusi Daging
Puasa plastik akan sangat bermanfaat bagi kesehatan masa yang akan datang. Gerakan ini sebagai bentuk investasi untuk masa yang akan datang.
“Kalau satu saja penyelenggara kurban memiliki pemikiran ramah lingkungan, itu sudah bisa dihitung berapa jumlah sampah plastik yang bisa kita kurangi dalam satu hari itu. Jadi kalau mau bersedekah untuk bumi kita, idul adha itu satu momen yang sangat tepat untuk kita beribadah, untuk kita berinvestasi lingkungan,” ujar Fitri. .
Banyak alat yang bisa menggantikan plastic, misalnya daun pisang, dau jati,
besek dan bambu. Fitri tidak memungkiri penggunan plastic lebih murah, namun
menggunakan dau justru mengangkat keaarifan lokal kembali. .
Baca juga : Zakat Asyik di Lazisnu
“Itu kan berarti memanfaatkan tradisi-tradisi lokal yang ada. Kalau misalnya di masyarakat banyak daun jati, ya pakai daun jati, kalau di masyarakat setempat banyak daun pisang, pakai daun pisang. Artinya ini kembali kepada tradisi lokal, kearifan lokal,” ucapnya.
Ia menyatakan bahwa
menggunakan alat-alat yang ada di masyarakat setempat merupakan sesuatu yang
tidak mudah karena selama ini penggunaannya dengan kresek. Namun menurutnya,
menggunakan alat-alat lokal lebih dianggap kreatif.
Penyelenggara kurban di Jakarta juga dinilai tidak perlu khawatir tentang
keberadaan daun pisang atau lainnya. Sebab menurutnya, di daerah-daerah
penopang Jakarta seperti Bekasi banyak daun pisang dan besek.
“Parung yang di Bogor itu masih banyak daun pisang. Di Bekasi juga masih banyak daun pisang,” ucapnya. (SRC: NU Online/Ed:Rs-011)
Post Views:
213
Related
[ad_2]
nu jateng